info iim for all my friend
Tuesday, March 27, 2012
Saturday, December 10, 2011
Sahabat Pergi, Cinta yang Datang, Aku kembali
Saat matahari sudah tinggi,menandakan hari pagi,
saatnya untuk beraktifitas kembali,setelah terlelap tidur semalaman pikir lidya
saat tengah beranjak dari ranjangnya.
Lidya adalah seorang siswi yang baru lulus SMP dan
kini mulai beraktifitas kembali di sekolah yang baru, yaitu SMA, kini ia
memulai hari-harinya di sekolah itu. Perasaan senang karna telah lulus dari
SMP, namun rasa tak senangnya pada saat ini,ia harus memulai semuanya dengan
menjadi junior di sekolah itu. Namun pikirannya terus melayang pada masa
depannya,kini ia memilih sekolah favorit di kawasan Jakarta yaitu SMK
JAYAWISATA adalah sekolah pariwisata yang popular dikalangan orang yang gemar pada hal perpariwisataan.
Saat sedang sarapan handphone Lidya berdering,
ternyata fika yang menelpone. Fika adalah sahabat Lidya sejak di taman
kanak-kanak. “aku udah nunggu kamu di depan” ucap fika,yang ternyata sedang
menunggunya di depan rumah Lidya,tak perlu menunggu jawaban apa-apa lagi fika
langsung menutup teleponenya.
“bun,aku berangkat ya” ucap Lidya pada bundanya
“iya,hati-hati di jalan nak” jawab sang bunda.
“oke,aku siap,yuk jalan” sambil nyengir lidya tanpa
basa-basi memberi aba-aba pada fika,namun tanpa fikir panjang lagi fika
langsung menancap gas mobilnya dan menuju SMK JAWIS (julukan untuk sekolah
tersebut di kalangan masyarakat luar,juga murid yang bersekolah di sana)
Sesampainya di sekolah mereka langsung memarkir
mobil di parkiran. Dan mereka berdua berjalan menuju kelasnya melalui
koridor,karna mereka satu kelas,sehingga membuat mereka tak perlu berpisah
lagi.
Saat sedang bergurau tak sengaja Fika menabrak
sekelompok orang, Fika merasa takut saat tau yang ia tabrak adalah kelompok
D’Angel,(geng yang berkuasa di sekolah itu,Dan tidak ada yang berani pada
mereka) .
“ma. . ma. .maafkan saya kak,saya gak sengaja” kata
fika terbata-bata
“enak saja kamu bilang maaf!!” ucap Rani,ketua dari
geng D’Angel
“eh kamu anak kelas 10 kan” tika menimpali
perkataan Rani,membuat fika jadi gemetaran.
“lho kak,bukannya teman saya ini sudah minta
maaf??” perkataan Lidya membuat Rani menjadi geram.
“oh,kamu temannya?? Saya harap kamu gak usah ikut
campur kalau gak mau cari masalah sama kita” jawab fery,yang juga anggota dari
D’Angel.
Belum selesai perdebatan mereka, bel tanda masuk
sudah di bunyikan membuat semua orang
yang berkumpul memembubarkan diri untuk memasuki ruang kelas
masing-masing,termasuk juga geng D’angel,terpaksa mereka beranjak pergi dari
Fika juga Lidya,namun sebelum mereka pergi mereka mengatakan “URUSAN KITA BELUM
SELESAI” pada keduanya.
Lidya sudah tidak memikirkan hal yang menipannya
pagi ini,ia sudah melupakannya, namun berbeda dengan Fika yang masih takut akan
ancaman D’angel tadi pagi,sehingga membuatnya tidak konsentrasi pada pelajaran.
Jam istirahat sudah datang, fika merasa malas untuk
keluar kelas,
“ka, ayo kita ke kantin, aku laper banget nih”
Lidya memohin pada fika agar ia mau menemaninya ke kantin.
“aduh Lid,aku lagi gak laper, dan aku juga males
keluar kelas” ucap fika
“ka, kamu itu bukan gak laper, tapi kamuitu takut
kan sama orang-orang itu? Ngapain sih kamu takut sama mereka? Udah pokoknya
kalau mereka macem-macem sama kamu, aku yang hajar mereka aja” jawab Lidya.
“duh Lidya, ia aku tahu kamu emang jago karate,tapi
mereka kan senior di sini.” Fika tetap membantah.
“udah yang penting kita sekarang ke kantin” Lidya
menyeret fika, apa boleh buat, fika emang gak bisa apa-apa lagi,karna Lidya
emang punya kekuatan yang cukup buat maksa fika mau keluar kelas.
Saat di kantin tampak tak terlihat banyak orang. Fika
merasa heran, namun LIdya tampak tak memedulikannya.
Fika iseng bertanya pada ibu kantin “buk,kok
kantinnya sepi?”
“lho, adek gak tahu ya, kalau sekarang kan ada
pertandingan basket.” Jawab ibu kantin,membuat fika tak mengerti.
“memang apa hubungannya kantin sepi,sama
pertandingan basket?” Lidya ikut menimpali.
“kalau ada pertandingan basket, hamper semua murid
JAWIS berkumpul di gedung olah raga.
“owh gitu,padahal kan Cuma basket ya Lid? Kok
sampek mau-maunya ngumpul desak-desakan di sana” Tanya fika pada Lidya sambil
membawa semangkuk bakso dan es the nya.
“kamu Tanya aku, trus aku Tanya saipa?” jawab LIda
tak meladeni pertanyaan fika.
“Tanya buk kantin donk, hahahaha” fika menimpali.
“kan di tim basket ada Alex” ibu kantin nyeletuk,
membuat fika dan Lidya berhenti makan.
“Alex?????” Fika dan Lidya bersamaan.
“dia itu cowok terfavorit di JAWIS” jawab ibu
kantin
“ciiiiiiieeeeehhhh, ibu tahu cowok juga
ya,hahhahahahahahhahahahahaha” kata Lidya membuat guyonan.
“hahaha, si eneng bisa aja,ya tahu lah neng,ibuk
juga kan pernah muda” obrolan mereka berhenti saat ada yang datang.
Ibu kantin melayani seseorang yang baru saja datang
.
“ boleh duduk disini?” tiba-tiba ucap cowok
berpakaian basket pada Lidya dan Fika.
“boleh” jawab Lidya.
Mereka makan bersama, namun tak ada yang saling
menegur untuk membuat topic.
Sampai akhirnya Lidya dan fika selesai makan.
“kita dukuan ya..” ucap fika.
“oh iya.”jawabnya.
“eh……………………” cowok itu memanggil Fika dan lidya,
namun mereka berdua sudah terlanjur jauh.
Di dalam kelas fika selalu membicarakan cowok yang
di kantin itu, ia sudah lupa pada kejadian pagi tadi,”eh lid,cowok akep banget
ya?” ucapnya
Bersemangat.
“kok Cuma gitu sih tanggapanmu?” jawab fika.
“trus mau jawab apa? Aku harus ikut heboh gitu? Ih,
sorry ya gak banget deh” kata lidya cuek bebek.
“eh apa jangan-jangan orang itu yang di bilang buk
kantin?”
“mana aku tahu…”
“yak an Cuma mau minta pendapatmu aja Lid.”hin kan.
“pendapat aku? Gak penting”
Pembicaraan mereka terhenti saat pak Hadi menegur
mereka.
“tuh kan gara-gara kamu sih jadi di marahin kan?”
ucap Lidya pada Fika
“tapi emang benerkan dia cakep?”
PLAAAAAKKK……………
“aaakkkhhh…..”
Fika dan Lidya bersamaan.
“saya sudah katakan, saya sedang menerangkan harap
diam” kata guru berkumis tebal itu.
Pelajaran bahasa jepang sudah selesai, murid di
kelas X.1 dapat bernafas lega saat pak Hadi meninggalkan kelas.
“eh nanti kita cari tahu tentang kakak itu ya
Lid!!” tiba-tiba Fika nyeletuk di belakang Lidya, membuatnya tersentak.
“duh ka, kamu itu bisa gak sih gak ngagetin orang?”
jawab Lidya agak emosi.
“lho kok jadi marah gitu sih?”
“ya abisnya kamu ngagetin aku.”
“kenapa kamu kaget?”
“ya, enggak gak kenapa-napa kok. Tiba-tiba aja kamu
muncul di belakang, sapa coba yang gak kaget?” terlihat Lidya sepertinya
sedikit salah tingkah.
“hayo, kamu mikir apa? Mikirin kakak itu ya?” Fika
meledek
“eh ngaco’ kamu.”
“terus kenapa. Kalau bukan mikirin kakak itu?”
mendesak
“hah? Kakak? Kakak siapa?”
“itu lho yang tadi ketemu dikantin.” Menjelaskan
“haduh nggak deh, makasih.” Lidya tetap cuek.
“ya udah.”
Tiba-tiba semua teman cewek di kelas fika
berhamburan menuju pintu kelas.
Fika yang juga ikut berlari, membuat Lidya dapat
menebak apa yang ada di depan kelasnya…..
“waaaaaahhhhhh………..” terdengar suara gemuruh itu di
telinga Lidya.
Mendengar itu, Lidya tidak merespon.
“kok diem aja sih?” Fika tetap bersikeras ingin
membawa Lidya ke depan pintu kelas.
“hemmm…”
“kok Cuma hemm sih?” membuat Fika tak sabar ingin
membawa Lidya ke depan kelasnya.
“emang apa urusannya sama aku?”
“ya ada lah urusannya sama kamu,kan kakak itu nyari
kamu.” Jawab Fika.
“ngapain?” Lidya sedikit tersentak.
“aku juga gak tahu, mangkanya, udah ayo keluar
kelas.” Paksa Fika.
Di depan kelas cowok itu langsung menjulurkan
tangannya kepada Lidya.
Lidya terheran melihat sikap cowok itu.
Karna melamun Lidya tak langsung membalas uluran
tangan cowok itu.
“hey??” ucap cowok itu.
Membuat Lidya tersentak.
“oh, ehemmmm, iya” jawab lidya
“salam kenal ya, tadi kan gak sempet kenalan.”
Tuturnya lembut
“hah??” membuat Lidya melongo.
“iya tadi kan kita ketemu di kantin tapi gak sempet
kenalan.” Jawabnya lagi
“oh gitu” jawab Lidya agak cuek
“aku Alex.” Melepaskan uluran tangannya.
“aku Lidya, udah gak ada yang mau di omongin lagi
kan?” tiba-tiba Lidya nyelonong masuk ke dalam kelas lagi, membuatsemua yang
ada di sana tercengang, termasuk Alex.
Semuanya pun membubarkan diri, karna ada guru yang
datang.
Kecuali Alex.
“why you in here?” Tanya Mrs.sarah pada Alex
“sorry Mrs. I need to Lidya, your student in this
class.” Jawab Alex.
“ok, where is Lidya? Please you out.” Tanya
Mrs.sarah
Tak menjawab, Lidya langsung menuju keluar kelas.
“Mrs, I want permission” ucap Lidya.
“no problem” jawab Mrs.sarah dengan senyum
Di luar kelas Lidya tampak tak senang dengan
kedatangan Alex.
“kok buru-buru masuk kelsa sih?” Tanya Alex
“udah to the point aja.” Jawabnya sinis
“kelihatannya kamu gak senang ya kalau aku di
sini?”
“kalau udah gak ada kepetingan mending aku masuk
kelas aja,sayang kalau gak ikut mapel Cuma gara-gara ini.” Belum sempat james
menjawab,Lidya kembali ke dalam kelas.
Di dalam kelas, Lidya tampak sedikit gelisah. Ia
berulang kali menengok ke luar kelas, di sana tampak tak ada tanda-tanda
seseorang, pikir Lidya.
Saat itu juga perasaannya menjadi tenang.
Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 waktunya SMA
JAWIS untuk pulang.
Semua pulang, tanpa terkecuali. Namun berbeda dengan
kelompok D’Angel, yang akan pergi ke salah satu pusat perbelanjaan yang ada di
Jakarta.
Mereka sering kali menghamburkan uang orang tua
mereka, karna mereka menganggap orang tua mereka mampu membeli apa saja,
terutama Rani, yang ayahnya bekerja di perpajakan, dan ibunya yang memiliki
restaurant di kawasan Jakarta.
“eh aku ntar mau beli hp baru, jadi aku mau ambil
uang dulu” ucap Rani pada teman-temannya,
“wah, Ran,aku jadi ngiri sama kamu, kamu selalu
ganti-ganti hp,hahahhahaha” jawab Cindy.
“ya dong, kita kan harus mode, gak boleh
ketinggalan zaman” Rani berbicara seolah, dia harus jadi yang paling mode di
antara semuanya.
“yeah, I know that,” jawab Cindy, seolah tak ingin
membuat keributan dengan Rani, karna menurutnya Rani sebagai pemimpin dari mereka,
bisa melakukan hal yang buruk sekalipun jika ada yang mengajaknya rebut.
“eh ran, ngomong-ngomong bocah tengil yang tadi
pagi, dia siapa ya?” celetuk Tika.
“oh iya ya, anak itu siapa ya?” dengan wajah sedikit
sinis, dia seolah sedang memikirkan sesuatu.
“aku tadi liat dia.”jawab Fery.
“ya jelas lah kamu liat anak itu, kan dia junior
kita, udah jelas juga dia pasti ada di sekolah, jadi gak usah heran kalau kamu
ketemu dia.” Cindy menjelas kan.
“bukan-bukan itumaksud aku, aku tadi liat dia lagi
ada di gerombolan orang-orang gitu, dia tadi lagi sama james,gila kan tuh anak,
masih baru udah berani dketin Alex.” Gaya Fery seperti ingin memanas-manasi
Rani, karna Rani menyukai sosok Alex,
“brengsek tuh bocah, liat aja ntar,apa yang bakal
aku lakuin kalau berani deketin Alex.”
Rani yang mulai emosi, ia geram pada Lidya.
Menurutnya Lidya akan mendekati Alex.
Alex adalah sosok yang menjadi popular di SMA
JAWIS, karnanya ia adalah kapten di tim basket SMA JAWIS,selain itu yang orang
tua Alex adalah pemilik Rumah Sakit yang berada di Jakarta. Sedang Ibu Alex
pemilik Butique ternama di kalangan para designer besar.karna itu Alex juga
memilih jurusan tata boga di SMA JAWIS, selain keahliannya pada basket, ia
cocok di katakana sebagi master chef di kalangan siswa yang ada di Jakarta, ia
sudah menjuarai banyak lomba yang di selenggarakan, salah satunya lomba yang
baru saja di selenggarakan di singapura, ia menjuarai lomba tersebut, mungkin
dia mempelajari itu semua dari kakeknya yang menjadi chef di sebuah restaurant
elite,
Ia memang patut untuk di acungi jempol, namun satu
hal yang membuatnya tak di sukai oleh beberapa guru, terutama guru bk, karna
sikapnya yang selalu menggap semua enteng, dan semaunya sendiri, dan terkadang
tak mau menghargai orang lain.
Rani kaget dan mulai sadar dari lamunannya, karna mereka
semua udah sampai di tempat tujuannya.
“kalian duluan aja, aku sama Cindy mau ke kamar
kecil dulu” ucap Rani.
“oke deh” jawab Tika dan Fery.
Di dalam mall, Tika dan Fery langsung menghambur
untuk shopping, mereka menuju tempat penjualan kaset dan buku.
“aku mau nyari kaset baru”
“ya udah kamu cari aja,aku sih nggak, aku mau
nemenin kamu aja, aku mau beli aksesories aja” jawab Tika.
“ok deh”
Tak lama, Fery dan Tika sudah berbelanja, walaupun
tidak bersama Rani dan Cindy, mereka seperti terpencar, dan tidak mencari satu
sama lain.
Kemudian,semuanya berkumpul di satu restaurant yang
ada di mall tersebut.
Rani berjanji akan mentraktir semuanya.
Saat sedang makan, Rani melihat sosok yang di
kenalnya, ia melihat Alex bersama Aldo,dan juga Aris (sahabat karib Alex)
“Lex….” Panggil Rani, ia tampak sangat sumringah
melihat ada Alex di san, menurutnya itu merupakan keberuntungannya.
“oh no, guys….” Bisik Alex pada Aldo
“hahhaha, derita lo aja deh” jawab Aldo menjailinya,karna
Aldo tahu benar sebenarnya Alex sangat tidak menyukai makhluk seperti Rani.
“kalau aku jadi kamu, udah aku pacarin tuh anak,
hahahaha” Aris menimpali.
“oh hai Ran,ngapain kamu di sini?” Tanya Alex,
basa-basi
“Cuma jalan-jalan aja kok,” jawab Rani kalem.
“oh, ya udah, aku mau cabut duluan ya.” Sambil
meninggalkan Rani yang masih berdiri
“Come in guys…….” Alex yang merangkul kedua
temannya, tanda member kode untuk cepat meninggalkan tempat itu.
Sampai di parkiran mall, Alex langsung menaiki
mobilnya ingin segera pergi.
“Lex, setahu aku, bukannya kamu sama Rani itu udah
temenan dari di sd ya?” tiba-tiba Aris mulai topicnya di dalam mobil
“iya emang, tapisiapa sih yang mau deket-deket sama
cewek agresif gitu?” jawabnya
“tapi dia kan cantik,tajir, otaknya juga gak
bego-bego amat, trus sebenernya kan kamu banyak di sukai sama cewek-cewek. Ya
walau kesannya kamu itu playboy, bukannya kamu belum pernah pacaran satu kali
pun?” Tanya Aldo yang penasaran dengan pikiran Alex sekarang ini.
“duh kalian itu banyak Tanya ya, gini aja deh,
sekarang kita langsung ke rumah ku aja, di sana aku siapin makanan deh, trus
aku certain semuanya kekalian.” Alex menawarkan pada ke-dua sahabatnya
“ok deh kalau kayak gitu” Aldo, juga Aris spontan
menjawab bersamaan.
Selama perjalanan menuju rumah Alex, semuanya
bernyanyi-nyanyi, lagu kegemaran mereka, “Gotta find you” mereka sering
menyanyikan lagu itu.
Memasuki kawasan perumahan indah, di sanalah Alex
tinggal.
“yuk masuk, gak usah sungkan-sungkan, hhahahahaha”
mempersilahkan semuanya masuk.
“hahahaha, Lex kalau aku itu gak usah di perlakukan
seperti itu. Ok. Hahahaha. Ya nggak Ris??” jawab Aldo, sambil menepuk punggung
Aris, yang sudah biasa, dan hamper tiap hari berkunjung ke rumah yang mewah
ini.
Di dalam,Alex sudah menyiapkan makanan untuk ke-2
sahabatnya itu.
“Lex, aku mau Tanya sama kamu.” Tiba-tiba Aldo
menatap Alex seserius mungkin.
“ok aku mau cerita sesuatu sama kalian” Alex
membuka cerita lamanya yang gak satu orang pun tahu tentang hal ini, di halaman
belakang Alex memulai semuanya.
“jadi gini, dulu sewaktu aku masih kecil aku punya
tetangga, dia itu seorang cewek yang paling berarti di hidup aku, aku sering
main bareng sama dia, dulu aku itu kelas 2 sd. Tapi dia masih kelas 1 sd, terus
suatu saat, ayahnya di pindah tugas kan ke Batam, waktu itu aku bener-bener
ngerasa kehilangan banget, tapi dia janji bakal kembali, dan sampai sekarang
aku masih nunggu dia. Dan buat kenang-kenangan, aku ngasih cewek itu kalung
yang ada liontinnya, isi liontin itu foto aku sama dia, trus dia juga ngasih
Sesutu ke aku, dia ngasih kotak music, yang sampai sekarang pun masih aku
simpan,dulu aku juga nganggep dia Cuma sebagai sahabat.”
“nama cewek itu siapa Lex?” Aris bertanya pada
Alex.
“namanya Cinta” jawab Alex sambil menerawang masa
lalunya.
“terus kamu tahu di mana dia sekarang?” Tanya Aris
lagi
“aku gak tahu dimana dia sekarang, tapi yang jelas
dia udah janji sama aku, kalau dia bakal balik lagi ke Jakarta,dan dia juga
bakal nyari aku.” Jawab Alex bersemangat.
“kamu gak punya nomer teleponnya?” Tanya Aldo
“aku dulu gak pernah kepikiran kesitu.”
“jadi itu sebabnya kamu gak pernah mau pacaran?”
Aldo kembali bertanya
“iya” jawab Alex
Setelah lama bercerita tentang masa lalu Alex,
mereka semua kembali pada kebiasaannya, setelah puas makan mereka main musik,
Hingga menjelang petang, barulah Aldo dan Aris
pulang.
Lidya, sedang duduk sendiri di jendela kamarnya,
melihat banyaknya bintang di langit, seperti sedang memikirkan sesuatu.
Saat sedang asyik memperhatikan bintang, Lidya di
panggil oleh bundanya
“Lidya cepat turun dulu nak, kita sarapan.” Ucap
bundanya
“iya bun aku turun” jawab Lidya
Ketika di meja makan, Lidya tampak sedikit murung.
“kamu kenapa Lid?” Tanya bundanya merasa ada yang
tak sama pada Lidya.
“oh, nggak kok bun aku gak ada apa-apa”jawab Lidya
“kalau kamu ada masalah, lebih baik kamu ceritakan
saja.” Ayah Lidya menasihati.
“iya yah.”
“oh ya Lid, kamu masih ingat gak sama tante
Rena,sama om Kurnia?” ayah Lidya memulai percakapan di ruang makan.
“oh iyalah yah, aku inget banget, ngomong-ngomong
mereka sekarang ada di mana ya yah?” Tanya Lidya tampak antusias.
“besok kamu ikut aja ya,ayah sama bunda, di ajak
makan siang di restaurant, karna kita memang baru bertemu kemaren lusa semenjak
kepindahan kita ke sini lagi.” Jawab ayahnya.
“anaknnya tante Rena sama Om Kurnia ikut juga gak
ya yah?” Tanya Lidya.
“oh Ricard ya?” Ayah Lidya kembali bertanya.
“iya, aku pengen banget ketemu sama Ricard, udah 9
tahun gak pernah ketemu lagi.” Lidya menjelaskan
“ayah juga gak tahu.” Jawab ayahnya.
Lidya tampak sedikit kecewa dengan jawaban ayahnya.
Setelah makan malam, Lidya kembali ke kamarnya.
Di kamarnya, ia tampak memikirkan sesuatu.
Gimana kabar dia ya, apa dia masih inget aku, atu
udah lupa?
Mudah mudahan besok, dia ikut juga gak ya?
Pikir Lidya.
Tak lama kemudian, ia tertidur hingga esok harinya
ia bangun pagi.
Di sekolah Lidya dan Fika di hadang dengan geng
D’Angel.
“aku kemaren kan udah bilang kalau urusn kita belum
selesai.”
“tapi kita kan udah minta maaf” jawab Lidya.
“kalian fikir Cuma minta maaf bisa ngembalikan
semuanya?” jawab Rani.
“dari pada hrus ngeladenin mk mereka, mending kita
langsung ke kelas aja yuk ka.” Lidya yang tak mau berurusan dengan Rani dan
teman-temannya, menarik tangan Fika untk menuju kelasnya.
Tiba-tiba Rani langsung menjambak rambut Lidya,dan
berkata “ kalian fikir bisa kabur gtu aja?” Rani orang yang sangat berlagak,
dan sok berkuasa.
Karna Lidya yang dianggap memiliki postur tidak setinggi
Rani,Cindy,Fery,dan Tika yang menjadi anggota dari D’angel.
Namun tanpa di sangka Rani, Lidya langsung meninju
wajah Rani, hingga Rani terjatuh, dan di lihat oleh banyak orang yang melewati
koridor kelas X.
Tanpa di sangka-sangka ternyata Lidya adalah sang
juara karate nasional,dan sudah mendapat mendali dari beberapa Negara.
Cindy yang tercengang meihat itu, langsung menolong
Rani, dan meninggalkan Lidya dan Fika, bersama teman-temannya yang lain.
“Lid, nanti kalau mereka ngelapor sama guru
gimana?” Tanya Fika yang takut hal ini menjadi masalah.
“udah tenang aja, mereka ga bakal ganggu kita
lagi,dan gk bakal berani ngelapor sama guru” jawab Lidya sambil tersenyum puas.
“aku gak mau ikut-ikut pokoknya kalau sampai ada
masalah dengan guru” ucap Fika,
Namun Lidya tak menghiraukannya,
sepertinya Lidya saat ini sedang senang sekali.
Pikir Fika,namun karna Lidya tak menceritakannya, Fika pun tak mau
menanyakannya.
Waktu berlalu sangat cepat,bel pulang sudah
berbunyi.
Lidya bergegas pulang.
Sesampainya di rumah, Lidya langsung memilih baju
yang sangat pantas untuk dikenakannya saat makan siang nanti.
Kemudian ia memilih gaun merah yang di design oleh
bundanya sendiri saat acara ultahnya bulan lalu.
“bun, aku bagus gak pake kayak gini?” Tanya Lidya
pada bundanya,yang sangat modis dalam berpakaian dan berdandan.
“kamu cantik Lid pake baju itu, tapi ada yang
kurang.” Ucap bundanya.
Lidya mengernnyit kan matanya “apa yang kurang
bun?” tanyany.
“cepat kamu duduk di sini” jawab bundanya.
Tak lama, Lidya sudah di dandani oleh bundanya.
Lidya tampak sangat cantik.
Setelah semua siap, semuanya pergi menuju
restaurant yang sudah di pesan. Sesampainya di restaurant, orangtua Lidya
melambaikan tangan pada seseorang, yang ternyata itu adalah tante Rena dan om
Kurni,
Namun Lidya tak melihat sosok yang dia harapkan.
Lidya dan orangtuanya menuju tempat duduk yang
sudah disediakan.
“gimana, apa kabar kalian semua?” Tanya tante Rena
dengan senyumnya yang manis,
“ kita baik semua.” Jawab Bunda Lidya
“Lho Ricard gak ikut?” Tanya Ayah Lidya.
“oh iya Ricard katanya mau nyusul, dia pasti dating
kok.” Jawab Om Kurnia.
“ini Cinta ya?” Tanya tante Rena sambil memegang
tangan Lidya.
“iya tante.” Jawab Lidya tampak tersenyum tipis.
“wah kamu sudah besar ya.” Om Kurnia menimpali.
“bukan pa, Cinta ini tambah cantik.” Tante Rena
menambahkan.
Semuanya tertawa, merasa senang, namun Lidya hanya
tersenyum, ia masih mencari sosok yang ia tunggu-tunggu.
“tante saya mau ijin ke kamar kecil dulu ya.” Ucap
Lidya.
Di kamar kecil ia mengeluarkan benda berantai,
yaitu kalung yang berliontin.
Dan ia memikirkan, nama kecilnya di sebut kembali
oleh orang lama yang baru bertemu lagi saat ini, yaitu Cinta, itu nama
panggilannya semasa kecil karena nama kengkap Lidya adalah Cinta Lidya Rosalia.
Kemdian ia memakai kalung yang ia simpan selama
ini.
Saat ia kembali ke tempat duduknya, ia kaget dan
merasa gugup karena ia melihat sosok orang yang ia harapkan dari tadi, meski
baru melihat punggungnya saja, Lidya sudah yakin itu adalah Ricard,orang ia
tunggu-tunggu.
Kemudian ia duduk di depan lelaki itu dengan
menundukkan wajahnya.
“Cinta?” lelaki itu memanggilnya.
Lidya kemudian melihat wajah lelaki itu.
Lidya terkejut melihat lelaki itu, ternyata lelaki
yang ia tunggu selama ini sangat dekat dengannya.
“Alex?” Tanya Lidya.
“kamu Lidya kan?” Alex kembal bertanya pada Lidya.
“jadi kamu adalah Ricard,yang aku kenal dulu?”
Tanya Lidya
“iya, dan kamu adalah Cinta yang sudah berani
nonjok Rani, ketua dari D’Angel?” jawab Alex.
“tapi kenapa kamu di panggil Alex di sekolah?”
Tanya Lidya
“kan nama lengkap ku, Antoni Alexandro Ricardo,
trus kamu sendiri, kok gak di panggil Cinta di sekolah? Dan aku selama ini juga
gak pernah liat kamu pake kalung itu.” Jawab Alex.
“nama lengkap ku itu Cinta Lidya Rosalia, dan aku
gak mau pake kalung ini soalnya, aku mau pake kalung ini kalau aku udah ketemu
lagi sama orang yang ngasih ini ke aku.” Jawabnya.
“jadi kalian sudah sering ketemu tapi gak tahu sama
wajah satu sama lain?” bunda Lidya memotong pembicaraan mereka,
“iya Bun, ternyata selama ini Ricard itu senior aku
di sekolah.” Ucap Lidya sambil tersenyum pada Alex.
“kenapa kalian hanya berdiam di sini?, apa kalian
tidak ingin berjalan-jalan keluar, setelah lama kalian tidak bertemu?” ucap Om
Kurnia, ayah Alex.
“tentu” jawab Alex dengan menggandeng tangan Lidya.
Mereka berdua kemudian pergi meninggalkan
restaurant untuk berkeliling kota Jakarta, setelah 9 tahun tidak bertemu.
Lalu Alex mengajak Lidya ke suatu tempat yang tidak
asing bagi Lidya, namun tempat itu sudah lama sekali tidak di kunjungi olehnya.
“jadi kamu masih ingat tempat ini ya?” Tanya Lidya
“jelas lah, aku masih ingat, asal kamu tahu ya, aku
hamper setiap hari pergi kesini, kamu aja yang gak pernah mau datang ke sini,
padahal kamu udah balik ke Jakarta, tapi kamu gak nyari aku, iya kan?” jawab
Alex.
“enak saja kamu bilang aku gak nyari kamu, asal
kamu tahu juga ya, alasan aku mau sekolah di Jawis, itu karna aku tahu kamu
juga sekolah di sana, setiap hari aku memperhatikan setiap murid di sana, tapi
aku gak nemui yang namanya Ricard, trus mungkin aku fikir kamu sudah pindah
sekolah. Terus, waktu aku masih serus sama pencarian aku, Rani,Cindy,Fery, dan
Tika, jadi engganggu, dim au nyari masalah sama aku sama Fika, sehari, dua
hari, aku biarin, dan ternyata sampai kemarin dia masih juga ganggu aku, untung
aja aku udah pengalaman karate.” Ucap Lidya, dan tanpa di sadarinya, Alex
sangat memperhatikannya.
“aku belum pernah liat kamu dandan secantik ini di
sekolah,kenapa?”
“hah?, huuuuh,Alex kamu dengerin cerita aku gak
sih?” Lidya yang jadi salah tingkah, memukuli Alex, hingga Alex kesakitan.
“lho, kamu kok marah? Iya aku dengerin kamu lah,
tapi aku liat-liat kamu beda banget sekarng.” Jawab Alex, menggoda Lidya.
“terus kalau aku beda emang kenapa, kamu ngerasa
rugi gitu?” Tanya Lidya.
“bukan lah, justru aku ngerasa untung, CInta aku
sekarang udah segede ini, trus tambah cantik, tapi kalau makan es krim masih
suka belepotan gak ya, hahahahaha” Alex menyodorkan es krim coklat kesukaan
Lidya, kemudian semuanya tertawa.
Mereka berdua kemudian duduk dengan melihat
pemandangan di bukit yang tak jauh dari kota, dan dapat melihat pemandangan
kota dari atas situ, dengan di temani es krim.
Saat sedang asik mengobrol, mereka baru sadar sudah
seharian mereka berada di sana, hari mulai gelap, keduanya pulang, dan Alex
mengantar kan Lidya pulang.
“besok aku yang jemput kamu ya.” Alex menawarkan
diri pada Lidya.
“aku bukannya ingin menolak ajakanmu, tapi aku
sudah terlanjur janji pada fika.” Lidya yang tampak gelisah dengan tawaran
Alex, Alex pun langsung memutuskan untuk tidak jadi mengajak Lidya.
“oh kalau begitu bukan jadi masalah” jawabnya
tenang
“mungkin bisa lain waktu” Lidya pun meninggalkan
Alex di depan rumahnya, dan melambaikan tangan.
Tanpa di sangka ternyata dia adalah orang yang tak
terduga,bagaimana bisa dunia ini begitu terasa sempit.
Padahal aku sangat tidak menyukai orang yang senang
pada kepopuleran, tapi apa mungkin esok hari akan berjalan dengan seperti yang
ku harapkan?
Ternyata semua juga berjalan begitu cepat,aku jadi
ingat dulu, Alex selalu membantu ku saat aku di kejar anjing tetangga,
Lidya terus menerawang jauh ke masa lalunya.
Hingga ia tertidur………….
*seperti biasa setiap pagi sarapan, dan tak ada
kondisi yang membedakan, tapi secara fisik memang tidak ada yang membedakan,
yang membedakan hanya pada diri Lidya.
Lidya merasa dirinya sangat baik.
Dan seperti biasa pula Lidya berangkat ke sekolah
bersama Fika
Sesampai di sekolah ia berpapasan dengan Alex,
nampaknya Lidya merasa lebih canggung, mungkin karena ada Fika.
“ aku mau kamu besok lusa bisa datang ke acara
opening gallery sekolah dengan ku” Alex memberi surat undangan cuple
“emmm, iya terimakasih aku pasti datang” kemudian
Lidya kembali menyusuri koridor bersama Fika
Saat di dalam kelas Fika langsung mengintrogasi
Lidya.
“lho bakannya kemarin kamu justru gak suka ya sama
Alex,tapi sekarang kok jadi deket gitu?”
“hahaha,ok aku certain semuanya sama kamu”
Lidya mulai menceritakan semuanya pada Fika, mulai
dari masa kecilnya, hingga pertemuannya lagi dengan Alex
“ternyata semua tanpa diduga, orang yang awalnya
kamu benci, tapi sekarang justru jadi pangeran kamu, hhahahaa” ujar Fika
sembari melepas tawa
“siapa bilang dia bakal jadi pangeran aku?” Lidya
yang memasang tampang masam justru Fika meledeknya.
Semua berjalan lancer, tanpa gangguan, pikir Lidya.
Aku harus segera pulang karena ada tugas yang harus
segera di selesaikan.
Semsampai di rumah, Lidya langsung menuju kamarnya,
dan menyusuri anak tangga.
Tak berapa lama ia keluar sudah berpakaian kaos,
dan celana jeans se lutut.
Di meja makan, ia makan dengan biasa saja
Setelah selesai makan Lidya kembali ke kamarnya,
mulai membuka computer yang terpasang di kamarnya, lengkap dengan modem yang
telah sengaja di sediakan.
Tak terasa hari sudah mulai gelap, Lidya sudah
merasa lelah, Lidya berbaring di kasurnya, menatap langit-langit yang putih
bersih, dan hanya tertempel bintang-bintang dari kertas gold.
Lidya tertidur dengan buku-buku yang msih
berserserakan.
Pagi sudah datang kembali ternyata, dan ini semua
terasa lebih cepat.
Setelah seleai sarapan ia bergegas menuju teras
rumahnya.
Tiba-tiba saja Lidya merasa sangat berat, dan tidak
tahu apa yang terjadi.
Lidya tersadar dari pingsannya. Lidya merasa aneh
dengan sekelilingnya.
Tampak lebih putih, dan tapi ia merasa ini bukan kamarnya yang biasanya.
Bunda Lidya kemudian menghampiri anaknya, di sana
pun terlihat ada Fika berdiri di sampingnya
Semua tampak cemas.
Lidya bertanya pada sang bunda,” bun, Lidya
kenapa?, kenapa Lidya di sini?” karna saat itu Lidya sudah sadar, ia berada di
kamar rumah sakit.
“lebih baik kamu istirahat saja dulu, jangan banyak
bergerak karena kesehatanmu belum stabil” ayah Lidya dengan sabar membujuk
Lidya tak banyak membuat gerakan
Saat semua sudah tenang, dokter datang dan meminta
orang tua Lidya untuk menuju ruang
dokter.
“Orang tua atas nama Lidya bisa menemui saya di
ruangan, karena ada yang harus saya bicarakan” bunda Lidya merasa gelisah,
namun ia tetap berdoa agar tak akan terjadi ha yang buruk
Di ruangan dokter
“saya harap ibu dan bapak dapat menerima ini semua,
dan tabah untuk mendengarnya”
Ucap dokter itu.
“memangnya ada apa dok, anak saya tidak apa-apa
kan?” Bunda Lidya meneteskan air matanya, karena takut ada hal yang buruk terjadi
pada anaknya.
“anak ibu terkena tumor otak stadium akhir”
Tangis orang tua Lidya tak dapat di pungkiri lagi.
“tapi bukankah selama ini anak saya baik-baik saja
dok?”
“mungkin anak ibu yang merasakannya, namun ia bisa
saja selama ini diam, dan menahan rasa sakitnya.”dokter itu menjelaskan.
“baiklah kalau begitu saya akan membayar berapapun
uangnya, agar anak saya bisa sembuh dok.”
“saya mohon maaf bu, saya saat ini sudah tidak bisa
melakukan apa-apa lagi,tapi mungkin besok anak ibu bisa di operasi oleh dokter
ahli yang akan datang, dan sekarang kiuta semua hanya bisa menunggu,dan tapi
saya juga tidak dapat memastikan keberhasilan dari oprasi tersebut, kemungkinan
hanya 40% saja anak ibu bisa melalui oprasi itu dengan selamat”
“ayah Lidya pun mengajak istrinya kembali menuju
kamara Lidya
Kemudian semuanya berkumpul di kamar Lidya
Orang tua Lidya merasa berat untuk mengatakan
semuanya, namun apa boleh buat, Lidya memang harus mengetahuinya.
Lalu ayah Lidya menceritakan semuanya.
Lidya pun menangis tak bisa berbuat apa-apa.
Fika menangis di sebelah Lidya.
Orang tua Lidya kemudian berpamitan, akan
pulang,karena harus mengambil baju
Lidya.
“aku mau kamu jangan bilang ini semua pada Alex”
Lidya meminta pada Fika
“tapi kenapa?, bukannya seharusnya kamu harus
mengatakannya pada Alex?” Fika tampak tak mengerti dengan ucapan Lidya
“aku Cuma gak mau nanti dia khawatir dengan ini
semua” Lidya merasa Alex tak perlu tahu tentang ini semua.
“tapi justru kamu harus merasa lebih kasihan
padanya, jika ia tahu tapi semuanya sudah terlambat.” Fika member pengertian
pada Lidya.
“bisa, tolong ambilkan kertas juga pena yang ada di
atas meja?” Fika menuruti keinginan sahabatnya.
Lidya mulai menuliskan sesuatu pada kertas itu.
Dan kemudian ia meilipatnya.
“tolong jika nanti pada saat acara opening gallery
sekolah aku belum bisa datang, berikan ini pada Alex, dan katakana maaf ku buat
dia” Lidya meneteskan air matanya lagi,dan Fika jadi merasa iba pada
sahabatnya, dan tak bisa lagi berkata apa-apa.
Esok harinya, Fika pergi kesekolah, namun ia tidak
pergi dengan Lidya, karena Lidya masih tertidur di kamar rumah sakit.
Saat jam istirahat, Alex menghampiri Fika di kelas.
“dari tadi pagi aku gak ngeliat Lidya, kemana dia?,
bukannya kalian sering jalan bersama?”
“dia lagi gak masuk sekolah, katanya, lagi gak enak
badan, jadi istirahat”
“tapi dia gak papa kan?, yaudah kalau gitu, salam
buat Lidya ya, bye” Alex langsung menghambur keluar kelas Fika
Di saat itu juga Fika merasa bersalah pada Alex, karena
sesungguhnya, Lidya saat ini sedang menjalani oprasinya.
Sepulang sekolah, Fika tak menuju ke rumahnya, ia
pergi ke rumah sakit, tempat Lidya dirawat.
Sampai di rumah sakit, ia hanya melihat kedua
orangtua Lidya yang duduk termenung di kursu depan kamar Lidya.
“tante, bagaimana keadaan Lidya?”
“dia sedang mendapat perawatan dari dokter, karena
dokter ahlinya belum datang, mungkin sekitar 15nmenit lagi baru bisa datang.”
“saya di sini juga ikut mendoakan Lidya tante.”
Fika merangkul bunda Lidya,merasa sangat khawatir,
Sesaat kemudian, dokter yang di tunggu datang, dan
langsung menuju kamar Lidya.
Semuanya tetap menunggu di ruangmtunggu.
Dengan perasaan cemas.
Fika melihat jam di tangannya, sudah menunjukkan
pukul 5 sore.
Fika teringat sesuatu.
Opening gallery sudah di mulai, mungkin ini sudah
waktunya Alex tahu semuanya.
“tante, saya mau izin dulu yan tante, nanti saya
akan kembali lagi” Fika langsung menuju keluar rumah sakit.
Fika sampai di depan gerbang sekolah, yang sudah
banyak keramaian.
Di sana juga tampak Alex sedang berdiri.
Tak menunggu lama lagi, fika menghampiri Alex.
“kalau kamu mau tahu apa yang sudah terjadi, cepat
baca surat ini” ucap Fika, dan ia langsung pergi.
Tak menunggu lama Alex membaca surat yang di beri
Fika.
Alex.
Maaf sebelumnya,aku Cuma gak mau kamu khawatir
sama keadaan aku.
Aku
di sini baik-baik aja.
Give
your smile for me, kalau ada hal yang gak di inginkan terjadi sama aku.
Aku
Cuma mau ngungkapin perasaan aku sama kamu selama ini, kalau aku sebenernya
saying kamu.
Dokter
bilang aku kena tumor atak, dan mungkin umur aku udah gak panjang,
You’r
my inspiration selama ini
Jangan
pernah lupain aku.
Dan
aku juga minta maaf, gak bisa nemenin kamu di acara opening ini.
Salam
manis aku buat kamu.
Lidya
“J
Saat setelah mebaca surat itu Alex bergegas menuju
Rumah sakit,
Namun saat itu juga ada yang menepuk punggungnya.
Alex menoleh.
“Lidya, kamu ada di sini.” Alex merasa sangat
senang, namun ia tampak heran karena melihat Lidya yang berpakaian pasien rumah
sakit.
“kamu sehatkan? Apa yang ada di surat ini hanya
bohong kan?” Alex melihat Lidya yang pucat.
Lidya hanya terdiam, dan member senyum pada Alex.
“kenapa kamu gak bilang sama aku, kalau kamu sakit,
tapi kamu sekarang ada di sini, itu tandanya kamu udah sembuh kan?”
“iya Lex, aku gak papa kok, aku datang ke sini Cuma
mau bilang maaf, karna aku telat datang dan gak bisa lama-lama ada di sini, aku
harus cepat kembali,dan aku juga mau kamu simpan kalung ini baik-baik ya” Alex
menerima semua ucapan Lidya
“apa kamu kabur dari rumah sakit?” ucap Alex.
“tidak, aku tidak kabur, aku Cuma mau memastikan
kamu baik-baik di sini”
“aku pasti baik-baik aja, gak ada yang perlu di
hawatirkan di sini”
Lidya hanya membalas dengan senyum. “berakhir
sudah” ucap Lidya lirih
Saat itu juga, hp Alex berdering.
“sebentar aku angkat telpone dulu ya.”
Ternyata yang menelepone Fika
“ada apa Fik?”
“kenapa kamu gak cepet datang ke sini?” terdengar
Fika yang menangis
“memang ada apa?” Alex yang tidak mengerti ucapan
Fika
“Lidya pergi, dia udah gak ada untuk selamanya.”
Tangis Fika tak dapat di tahan lagi.
“kamu jangan bicara macam-macam, karana Lidya lagi
sama aku”
“kamu yang jangan mengigau, Lidya meninggal, karna
gagal oprasi,dan sekarang jasadnya ada di depan mata aku.”
Fika langsung menutup teleponenya.
Apa yang terjadi, pikir Alex.
“Lidya, Fika kenapa sih?” saat tengah menengok pada
Lidya, Alex tak menemukan sosok yang ia kenal lagi, ia mencari dan memanggil
Lidya.
Karena memikirkan kata-kata Fika, Alex menuju rumah
sakit, di perjalanan, ia masih tak bisa berfikir, bagaimana bisa Lidya memberi
kalung ini, sedangkan fika menlpone da berkata seperti itu.
Apa mungkin ini semua hanya sandiwara.
Alex terus meningkatkan kecepatan mobilnya.
di rumah sakit, Alex melihat seorang yang sangat ia
kenal sedang menangis tersedu-sedu.
Orangtua Lidya, dan juga Fika, semua menangis.
Alex memastikan apa yang terjadi, dan masuk ke
dalam ruangan,di sana terlihat seseorang yang telah di tutupi semua tubuhnya
sehingga tak dapat dilihat wajahnya.
Kemudian Alex membuka,untuk memastikan siapa yang
di dalamnya.
“tidak, ini tidak mungkin kan?”
Hanya terdengar isak tangis yang menjadi jawaban
atas semua pertanyaan Alex.
Lidya meninggal, dan menjadikan semua kenangan yang
tak akan bisa terulang.
Keesokan harinya, semua orang menuju pemakaman
Lidya,teman di sekolah, termasuk juga Rani,Cindy,Tika dan Ferry.
Dan terlihat juga Alex dan Fika yang sangat
terpukul atas kepergian Lidya.
Kini
semua belum berakhir, aku harus bisa terus melanjutkan hidup ini, karena walau
bagaimana pun juga, dia tetap ada, dan takkan pernah mati di hati kita semua,
Tetap
jalani hidup, walau hati ini tetap sedih atas kepergiannya, namun ku yakin
hatinya masih tetap bersama.
Subscribe to:
Posts (Atom)